A. SELAYANG PANDANG CETAK KAOS BERGAMBAR
Ada banyak
cara mempaste atau menempelkan image ke kaos untuk memproduksi kaos bergambar,
mulai dari cara yang paling jadul dengan membuat stencil (kertas yang ditoreh
dengan pisau cutter lalu cat diaplikasikan dengan spon, kain majun atau kuas
lewat lubang kertas hasil torehan tersebut), sampai dengan era sekarang yang ditandai
dengan pemanfaatan secara masif mesin-mesin berbasiskan komputer dan digital
printer. Sebagian pelaku pasar mungkin setuju dengan saya, era modern tersebut mencapai
kejayaannya dengan ditemukannya mesin printer modifikasi yang dikenal secara
luas dengan DTG, Direct To Garment (Langsung Ke Kain). Dengan printer DTG ini
kita bisa langsung mencetak ke permukaan kaos, tanpa lewat media lain terlebih
dahulu, seperti kertas transfer atau bahan printable polyflex (polyflex yang
bisa dicetak). DTG adalah mesin printer yang sudah dimodifikasi, umumnya berasal
dari printer bermerk Epson, karena printer inilah satu-satunya yang sistem print
headnya compatible dengan beragam jenis tinta, mulai jenis tinta dye, tinta pigment
standar sekelas durabrite untuk cetak photo yang tahan air dan tahan cuaca, tinta
pigment dengan tambahan zat additif sublim (tinta sublim) yang tintanya bisa
berpindah ke kaos melalui pemanasan, tinta pigment dengan tambahan zat additif
cepat kering (tinta art-paper) yang bisa digunakan untuk media art paper yang
biasanya digunakan untuk cetak offset yang permukaannya halus dan licin, dan
terbaru adalah tinta pigment dengan zat additif polymer (tinta DTG) yang bisa
menempel dengan baik di atas permukaan kaos.
Printer
DTG dianggap penemuan yang paling innovatif, karena dengan printer inilah
produsen kaos bisa memiliki mesin berharga murah, di bawah Rp 20 juta bahkan
jika membuat sendiri harga bisa di kisaran separuhnya. Printer ini bisa
digunakan untuk memproduksi beragam desain kaos secara cepat, tanpa minimal
order, so bisa untuk melayani pesanan satuan; tidak perlu lagi bersusah payah
seperti sablon manual yang harus menyiapkan klise, mengafdruk di atas permukaan
kain screen dan berurusan dengan banyak tinta. Dengan tambahan tinta uniknya
yang berwarna putih, maka mencetak kaos di atas kaos berwarna dasar gelap tidak
lagi menjadi persoalan. Dan untuk
memanfaatkan tinta putih tersebut sudah tersedia perangkat lunak RIP yang bisa
dipakai untuk mengakali printer. Oya tinta putih ini hanya bisa digunakan pada
printer dengan minimal 6 kartrid, dimana kartrid untuk light cyan dan light
magenta diisi dengan tinta putih. Mungkin sampai saaat tulisan ini dibuat,
teknologi DTG adalah puncak pencapaian dari pemanfaatan mesin modifikasi yang
ramah kantong, untuk memproduksi kaos bergambar dengan cara yang revolusioner
dan inovatif. Tapi tentu saja kedepan penemuan mesin-mesin atau modifikasi
mesin untuk memproduksi kaos bergambar dengan kualitas bagus dan inovatif masih
akan terus terjadi. Belakangan sebagian produsen printer DTG memperluas pemakaiannya
dan melabeli mesinnya dengan Flatbed Printer, sehingga tidak hanya untuk
mencetak kaos saja, tapi bisa untuk mencetak keramik, topi, mug, piring, dll.
Dalam tulisan ini jika saya menyebut printer DTG, maka printer flatbed masuk di
dalamnya.
Tapi seperti
pepatah bilang, the need is the mother of the invention and satisfaction is the
mother of further invention; kebutuhan adalah induk dari penemuan dan kepuasan
adalah induk dari penemuan lebih lanjut. Ketika hasil dari suatu produksi masih
menyisakan celah kekecewaan, maka terbuka ruang untuk menemukan cara yang lebih
baik untuk menciptakan sesuatu guna menyempurnakannya sampai mendapatkan
kepuasan yang optimal. Dan ingat kepuasan itu bersifat subyektif, sehingga
untuk memenuhi kepuasan kustomer segala cara harus ditempuh. Yah, jelas sekali
DTG dengan segala keunggulannya masih dianggap kurang memuaskan bagi sebagian
produsen kaos bergambar, dan karenanya sampai sekarang kaos yang dihasilkan
dari cetak DTG masih sebatas dijumpai di tempat-tempat ekslusif seperti di distro
dan konter-konter khusus di mall. Di Bali saja yang ditahbiskan sebagai pasar
terbesar penjualan kaos bergambar di Indonesia, nyaris tidak kita jumpai kaos
bergambar yang dicetak dengan teknik DTG. Benar sekali. Penulis yang sering
berkunjung ke sana, terakhir Juli 2015, dan sering melongok tempat penjualan dari dua
produsen raksasa kaos bergambar di sana, yaitu Joger dan Krisna, keduanya hanya
memproduksi kaos bergambar dengan teknik sablon manual saja dan celakanya kaos
berkualitas paling tinggi yang saya jumpai disana, dicetak dengan tinta
plastisol saja, itupun kebanyakan tinta blok dan jarang yang CS (colour
separation). Sementara yang berharga murah, yang banyak dijual di pasar-pasar
tradisional yang diburu pelancong untuk dibeli sebagai oleh-oleh, dicetak
dengan pasta biasa yang murah meriah. Parah sekali, kedua produsen tersebut
bermain aman, tidak ada niatan untuk mengedukasi pasar dengan menciptakan kaos
bergambar dengan teknik terkini yang inovatif. Untuk soal kualitas, sepertinya
kota Batu, tempat wisata paling ramai dan terkenal di Jawa Timur, layak
diacungi jempol. Pasar-pasar wisatanya banyak menjual kaos bergambar dengan
desain dan teknik paling inovatif. Bagi para pemburu dan produsen kaos unik dan
inovatif ke sanalah Anda mesti mengupdate pengetahuan Anda. Untuk kota-kota
lain di Indonesia yang juga banyak dibanjiri wisatawan, seperti Jogjakarta
(yang katanya kota pelajar dan tempat berkumpulnya para pegiat seni) dan
Bandung (yang katanya kota kreatif dan tempat lahirnya distro), kayaknya ke dua
kota ini tidak peduli lagi dengan inovasi dan kualitas, dan menghamba pada
selera pasar yang rendah. Di kedua kota ini, di seluruh penjuru bagiannya, banyak
kita jumpai toko-toko dan juga pedagang asongan yang menjajakan kaos bergambar dengan
kualitas rendah, dan rata-rata berharga di bawah Rp 20 ribuan. Hadeh murah
bingitttss..... Bandingkan dengan di Joger dan Krisna di Bali yang produknya diproteksi
dengan hanya dijual di tokonya sendiri, harga kaos paling murah Rp 40 ribu. Hoiii,
mana bisa bicara kualitas kalau harganya cuma segitu. Yah...gitu deh.... Mekanisme pasar retail
dengan harga grosiran untuk menghasilkan kaos oleh-oleh yang murah meriah telah
menjajah pekerja seni kaos bergambar di ke dua kota tersebut. Sebagai acuan tempat
kulakan kaos murah meriah di Surabaya, terutama di Pasar Kapasan dan juga
sebagian lagi di PGS, dua pasar yang merupakan sentra penjualan kaos bergambar
yang banyak dikulak oleh para pedagang terutama dari kota-kota lain di Jawa
Timur dan Indonesia Timur, modal kaos polos dengan kualitas low saja jika beli
banyak jatuhnya antara Rp 8 ribu – Rp 15 ribu, bayar tukang sablon
dengar-dengar cuma sekitaran Rp 200 – Rp 500 per potong, keuntungan si Bos
sekitar Rp 1.000 – Rp 2.000, sisa keuntungannya dibagi ke pengepul (toko) dan
penjual akhir.
Kita harus akui bahwa teknik cetak kaos bergambar yang paling lengkap adalah sablon manual. Ini tidak mengherankan karena evolusinya yang sudah berlangsung sedemikian lama menghasilkan banyak ragam teknik, bahan utama, bahan pendukung, dan peralatan teknik yang terus menerus mengalami perbaikan dan penyempurnaan dari waktu ke waktu, sehingga wajarlah kalau sekarang bisa kita saksikan betapa kaya dan mengagumkannya ragam cetak yang dihasilkan dari teknik ini. Dan harus pula diakui pembuatan kaos dengan sablon manual harganya bisa sangat murah sekali, dikarenakan bahan dan alat-alat pendukungnya diproduksi oleh pabrikan internasional yang memasok pasar dalam skala luas di seluruh dunia, dan pembelinya sudah eksis dalam rentang waktu yang sudah sangat lama, sehingga tidaklah mengherankan bila harga bahan-bahan dan peralatan pendukungnya bisa dijual dengan harga sangat murah. Itulah alasannya mengapa beberapa produsen kaos bergambar yang sudah menguasai pasar tidak mau beranjak dari menggunakan cara ini. Ya teori ekonomi berbicara, dengan modal seminimal mungkin untuk mendapatkan hasil seoptimal mungkin.
B. KENDALA CETAK KAOS TEKNIK SABLON MANUAL
Kita harus akui bahwa teknik cetak kaos bergambar yang paling lengkap adalah sablon manual. Ini tidak mengherankan karena evolusinya yang sudah berlangsung sedemikian lama menghasilkan banyak ragam teknik, bahan utama, bahan pendukung, dan peralatan teknik yang terus menerus mengalami perbaikan dan penyempurnaan dari waktu ke waktu, sehingga wajarlah kalau sekarang bisa kita saksikan betapa kaya dan mengagumkannya ragam cetak yang dihasilkan dari teknik ini. Dan harus pula diakui pembuatan kaos dengan sablon manual harganya bisa sangat murah sekali, dikarenakan bahan dan alat-alat pendukungnya diproduksi oleh pabrikan internasional yang memasok pasar dalam skala luas di seluruh dunia, dan pembelinya sudah eksis dalam rentang waktu yang sudah sangat lama, sehingga tidaklah mengherankan bila harga bahan-bahan dan peralatan pendukungnya bisa dijual dengan harga sangat murah. Itulah alasannya mengapa beberapa produsen kaos bergambar yang sudah menguasai pasar tidak mau beranjak dari menggunakan cara ini. Ya teori ekonomi berbicara, dengan modal seminimal mungkin untuk mendapatkan hasil seoptimal mungkin.
Produsen kaos yang berada di daerah yang banyak dikunjungi
wisatawan, kadang cukup bermodalkan beberapa desain kaos saja yang semuannya
sudah lengkap tahap persiapan pra-cetaknya, sehingga setiap hari mereka hanya
memproduksi desain-desain kaos bergambar yang itu-itu saja, yang sudah mereka
miliki dan hampir semuanya di serap oleh toko-toko pelanggannya yang memang
dibanjiri wisatawan setiap harinya. Harga yang masuk akal (tidak murah dan juga
tidak mahal) serta kualitas cetak yang bagus merupakan alasan utama dari
sebagian besar produsen kaos untuk tetap bertahan dengan menggunakan teknik
sablon manual ini. Tentu saja dalam kurun waktu tertentu mereka menambah
koleksi desain grafisnya. Jika gambar tersebut tidak diterima pasar, maka desain
kaos tersebut dihentikan dan produk gagal pasar tersebut dijual murah agar
cepat laku dan tidak memenuhi gudang dengan barang yang tidak laku. Tetapi bila
desain gambar tersebut diterima oleh pasar, maka desain tersebut akan mengalami
cetak ulang terus menerus dan masuk ke dalam koleksi tetap untuk diproduksi
secara rutin. Dan begitulah mekanisme produksi kaos bergambar yang umum ditemui
di banyak produsen kaos terkemuka.
Kenapa mereka bisa bertahan dengan hanya mengandalkan
koleksi desain yang tidak banyak? Ya dikarenakan pembelinya adalah wisatawan
yang berbeda-beda setiap harinya, sehingga koleksi yang sama tersebut tetap
saja bisa dijual manis. Sudah tercipta tren di kalangan masyarakat Indonesia,
jika mereka berkunjung ke suatu tempat wisata, oleh-oleh yang paling populer
untuk diburu sebagai sarana untuk mengabadikan kunjungannya adalah dalam bentuk
kaos bergambar. Kaos adalah media yang paling umum, yang mudah untuk dipamerkan
ke teman atau siapapun dan sebagai penanda tanpa perlu mengatakan secara
langsung, bahwa mereka sudah pernah mengunjungi tempat wisata tersebut. Karenanya
tidak mengherankan, ribuan wisatawan membanjiri tempat penjualan oleh-oleh
terutama kaos. Di satu lokal saja item kaos yang terjual dalam sehari bisa
ratusan, bahkan di hari libur bisa ribuan. Hmmm....suatu ceruk pasar yang
menggiurkan dan layak dipertimbangkan oleh Anda yang memiliki skill desain
grafis yang mumpuni, sedikit modal, keberanian untuk mengawali dan tekad untuk berkomitmen
terus menerus meningkatkan kualitas. Sungguh bisnis ini senantiasa eksis dari
waktu ke waktu.
Nah itu tadi adalah gambaran produksi kaos dengan teknik
sablon manual yang banyak dijumpai di tempat-tempat yang dikunjungi para
wisatawan. Lalu bagaimana jika Anda berada di tempat yang pembeli potensialnya
bukanlah wisatawan alias pembelinya adalah orang-orang yang tempat domisilinya
sama dengan Anda? Tentu saja jika koleksi Anda cuma itu-itu saja, sebagus
apapun desain Anda maka lama kelamaan pembeli desain kaos tersebut akan
berkurang. Solusinya Anda harus memperbanyak koleksi desain grafis unik secara terus
menerus. Masalahnya Anda pasti akan capek jika desain yang sudah Anda buat
dengan sangat susah payah hanya terjual dalam kuantitas yang tidak terlalu
banyak. Sangat tidak mungkin kalau kita memproduksi dalam jumlah sedikit kaos
dengan desain grafis yang rumit, banyak warna, dan ada efek khusus. Sangat
tidak ekonomis, baik dari segi tenaga maupun biaya. Asal tahu saja, teknik
sablon manual memerlukan persiapan pra-cetak yang panjang. Dimulai dari
mendesain gambar, memecah warna, membuat klise untuk masing-masing warna,
mengafdruk ke beberapa kain skrin, mencetak dengan beragam warna cat dan
terkadang warna cat harus dioplos untuk mendapatkan warna yang diinginkan. Jika
jumlah kain skrin kita terbatas, ketika kita mau mencetak desain gambar baru,
maka hasil afdruk yang sudah ada di kain skrin harus dihapus dulu. Dan
begitulah mekanisme produksi yang sangat melelahkan. Maka jika kuantitas poduk
yang Anda jual tidak banyak, teknik sablon manual sangat tidak
direkomendasikan.
C. KENDALA CETAK KAOS DIGITAL TEKNIK DTG
C. KENDALA CETAK KAOS DIGITAL TEKNIK DTG
Mengapa pembuatan kaos bergambar dengan teknik DTG yang
sudah berlangsung relatif lama, sekitar 7 tahun, kok perkembangannya seperti
jalan di tempat? Kenapa kok kaos hasil dari DTG cenderung mahal dan harus
dijual secara segmented di tempat-tempat khusus yang menjadi jujugan
orang-orang berduit dan pemerhati karya seni bernilai tinggi? Apa karena di
tempat-tempat itu mereka bisa menjual kaos bergambarnya dengan harga mahal, dan
sudah tentu dibarter dengan desain-desain unik dan kreatif? Bukti empiris yang
saya dapatkan dari para pelaku cetak DTG sebagian besar beralasan stagnannya
pasar cetak DTG adalah sebagai berikut: harga tinta yang menjadi modal utama masih
mahal, terutama tinta putih yang harganya mendekati Rp 400 ribu per 100 ml.
Wuikhhh....Ini jenis tinta paling mahal
sedunia. Alasan berikutnya bersifat estetik, yaitu image yang menempel
di kaos biarpun sudah colourful tapi terkesan biasa-biasa saja, standar banget.
Bandingkan dengan kaos-kaos bergambar yang dihasilkan dari sablon konvensional,
teknis dan jenis tinta yang digunakan sedemikian banyak dan mengagumkan. Alasan
lainnya adalah terkait alasan teknis print head dari printer. Harus disadari, tinta DTG ini betapapun
sangat tidak ramah untuk head printer Epson, apalagi kalau head bawaannya
adalah untuk tinta dye yang berbasis murni air. Bahkan print head yang khusus untuk
tinta pigment pun (tinta Durabrite) juga sering bermasalah dengan tinta DTG
ini. Apa sebabnya? Tidak lain karena tinta DTG ini biarpun termasuk tinta pigment,
tapi beberapa zat additifnya bersifat
korosif dan sangat kental sehingga mudah menyumbat nozzle head printer. So,
seringkali mereka harus buang tinta cuma-cuma untuk melakukan proses cleaning
karena hasil print putus-putus. Bisa dibayangkan kalau hasil cetaknya yang
putus-putus itu sudah di atas kaos. Kerugiannya pasti bertambah. Jika proses
cleaning tidak membantu mengatasi buntunya nozzle, maka terpaksa harus beli
print head baru. Hal ini mengakibatkan, terhentinya produksi, dan pengeluaran
yang lumayan besar. Belum sampai printer
DTG tersebut untuk memproduksi kaos dalam jumlah kuantitas tertentu, tinta
sudah habis karena cleaning terus menerus atau print head rusak.
So, banyak pelaku cetak DTG yang mengaku rugi karena ongkos
produksinya sangat mahal sementara harga jual kaos harus mempertimbangkan
kekuatan pasar. Yang lebih runyam lagi bila pelaku DTG itu kurang paham dengan
trouble shooting printer, bisa jadi mesin DTG itu akan jadi bangkai. Tanpa
dimodifikasi saja dan bahkan masih menggunakan tinta dye yang ada di pasaran,
mesin printer sering mengalami masalah, apalagi sudah dimodifikasi dan
menggunakan Tinta DTG yang sangat tidak ramah untuk printer headnya. Mau direparasi?
Susah Bro, yang jualan printer DTG itu letaknya nun jauh di kota-kota besar di
pulau Jawa, sementara penggunanya berada di pelosok daerah. Bentuk fisiknya
yang besar menjadi kendala berikutnya untuk dibawa kesana-kemari. Ini fakta,
banyak mesin DTG yang jadi bangkai dan terbengkalai setelah beberapa bulan
diopersikan. Kalau sudah begini jangan bilang untung Bro, pasti buntung lah...
Mohon maaf untuk juragan penjual mesin printer DTG, ini adalah fakta di lapangan.
Sepertinya solusi jitunya sebelum barang dagangan Agan dijual, pastikan
kustomer mendapat pelatihan yang intensif, terutama untuk trouble shootingnya.
D. APA ITU T-SHIRT HEAT TRANSFER (POLYFLEX TRANSFER)?
Para netter yang budiman, dari beragam cara yang sudah saya
sebutkan diatas, untuk meghasilkan kaos bergambar, para pelaku pasar pasti
menyadari bahwa ada plus minus dari berbagai macam cara yang sudah saya
sebutkan diatas. Ada cara yang menghasilkan gambar yang sedemikian mengagumkan
tapi pembuatannya melewati berbagai tahap yang melelahkan dan cukup menguras uang
di kantong hanya untuk bisa menghasilkan 1 jenis produk saja, sehingga sangat
tidak menguntungkan jika diproduksi dalam jumlah sedikit karena costnya jatuhnya
akan mahal sekali untuk per potong kaos. Masalahnya terkadang ada anomali
pasar, design yang kita anggap sangat brillian dan inovatif yang kita banderol
dengan harga sedikit diatas rata-rata sering tidak diterima pasar dengan
antusias, sedangkan design yang biasa-biasa saja yang kita jual dengan harga
standar pasar malah laris manis, tapi tidak lama kemudian design tersebut
dibajak atau dikloning oleh kompetitor lain sehingga kita tidak sempat
menikmati keuntungan yang optimal.
Kendala teknis dan pasar memaksa produsen kaos untuk
berkreasi dengan cara seefektif dan seoptimal mungkin. Prinsip ekonomi berusaha
secara minimalis untuk mendapat hasil yang optimal atau maksimal semakin kuat
jadi pegangan. Para netter yang sudah sudi meluangkan waktu membaca blog ini
pasti bertanya-tanya apa maksud dari tulisan saya ini. Yah, sebagai salah
seorang pengamat dan penikmat design kaos unik dan kreatif, saya merasa
tertantang untuk ikut serta memproduksi kaos-kaos tersebut. Tapi terus terang
saja target saya bukan untuk memproduksi sendiri, tapi sekedar ikut urun rembuk
tentang cara-cara memproduksi kaos unik dan kreatif tersebut. Berangkat dari
hobi saya yang di bidang digital grafis dengan memanfaatkan printer, terutama
bermerk Epson, saya berusaha keras menghasilkan kaos dengan kualitas grafis
yang bagus, awet, harga terjangkau pasar umum, dan mudah di produksi untuk
order satuan maupun partai. Mohon maaf, mungkin Anda akan segera mengernyitkan
dahi tanda heran atau bahkan tidak setuju ketika yang saya tawarkan ternyata
adalah bahan berbasiskan printable polyflex, atau polyflex yang bisa diprint.
Anda pasti segera menyangkal, karena produk ini hanya untuk pasar segmented,
terkesan elit, dan harganya di luar jangkauan pasar umum. Tenang Bro, saya akan
buktikan bahwa sinyalemen Anda meleset alias salah total. Di bawah saya akan
menerangkan panjang lebar alasan mengapa saya memilih membuat kaos bergambar berbahan printable polyflex. Baca terus
dengan sabar ya....
T-Shirt Heat Transfer (Cetak Kaos Transfer Panas) merupakan
cara pembuatan kaos bergambar dengan mentransfer gambar yang sudah tercetak di
suatu media ke kaos dengan menggunakan peralatan mesin heat press atau setrika.
Media yang umum digunakan untuk mentransfer gambar sampai saat ini ada 4 jenis,
yaitu:
- Transfer Paper.
- Sublimation-Paper Transfer.
- Sublimation-Flock Transfer.
- Polyflex Transfer.
Pada kesempatan ini saya hanya akan menjelaskan polyflex
transfer saja karena 3 transfer yang lain ketahanannya kurang bagus, jadi bila
digunakan untuk usaha akan sangat mengecewakan para kustomer yang akan membeli
kaos bergambar produksi kita. Saya sendiri sudah pernah membuktikan fakta
tersebut. Selain saya masih banyak pihak lain yang mengalami pengalaman yang
sama, diantaranya ada link yang berasal dari pihak yang bisa dipercaya yang
sudah berbaik hati menunjukkan kepada kita tentang ketahanan dari beberapa
teknologi transfer, setelah kaos bergambar hasil produksi dari masing-masing
teknologi yang berbeda diuji dengan cara dicuci dengan mesin cuci sebanyak 60
kali dan 160 kali. Hasilnya terbukti bahwa teknologi polyflex transfer lebih
unggul dalam hal ketahanan pakai. Klik LINK
ini untuk melihat hasil pengujian tersebut.
Begitu luar biasa kehebatan produk polyflex ini terutama
dalam hal kelenturan dan ketahanannya biarpun sudah dipakai dan dicuci sekian
ratus kali, hingga raksasa perlengkapan pakaian olah raga terkemuka dunia seperti
REEBOK, ADIDAS, NIKE, dan raksasa jersey
dunia lainnya terus menggunakan teknik ini sampai saat ini. Karenanya saya juga
dengan bangga merekomendasikan untuk membuat kaos dengan printable polyflex
dengan menggunakan teknologi polyflek transfer.
E. TRIK MENCETAK PRINTABLE POLYFLEX DENGAN PRINTER DESKTOP.
1. JENIS DAN MEREK POLYFLEX
2. DAN INILAH TERNYATA SOLUSINYA
Di atas sudah saya paparkan bagaimana saya mencoba beragam cara untuk memanipulasi agar printable polyflex bisa diprint dengan menggunakan printer Epson rumahan biasa, khususnya yang print-headnya cocok dengan tinta Durabrite. Mohon jangan gunakan trik ini jika printer Epson Anda print-head bawaannya untuk tinta dye, karena print head tersebut sangat rentan rusak jika menggunakan tinta art-paper ini, kecuali kalau Anda mau bersusah payah mengganti kartridgenya. Tinta Durabrite adalah tinta pigmen, dan tinta art-paper termasuk dalam kelompok tinta pigmen dengan tambahan additif khusus, sehingga tinta ini mampu menempel dengan baik di atas kertas yang permukaannya licin. Tapi tetap saja tidak semua media licin bisa digunakan dengan tinta art-paper ini.
E. TRIK MENCETAK PRINTABLE POLYFLEX DENGAN PRINTER DESKTOP.
1. JENIS DAN MEREK POLYFLEX
Dari sekian banyak bahan polyflex yang beredar di
Indonesia, ada banyak merek. Ada merek yang sudah bertahan cukup lama di
Indonesi, dan masih banyak lagi produk-produk terutama yang berasal dari China,
Taiwan, Japang, Korea, Jerman yang masuk ke
pasar. Sedangkan merek-merek yang merajai pasaran di Indonesia adalah
Siser, Flesso, Rhinopolyflex. Beberapa keunggulan yang menjadikan Printable
Polyflex layak saya rekomendasikan kepada Anda adalah sebagai berikut:
- Biaya produksi yang relatif terjangkau dengan mutu sangat bagus.
- Super tipis
- Tingkat kelenturan yang sangat tinggi (super flexible).
- Sangat lembut di sentuh pada hasil akhir yang sudah menempel di kain.
- Daya tahan yang lama.
- Cocok untuk berbagai jenis bahan seperti Katun, Ployester, Nylon, Lycra, Spandex, Kulit atau bahan dari serat alami maupun buatan.
- Aplikasi yang luas baik untuk Fashion dan Industry Safety
- Bisa dikombinasikan antara satu produk pabrikan satu dengan lainnya.
- Dengan sedikit trik maut dari kami yang aman dan tidak ribet, bahan Printable Polyflex bisa diaplikasikan dengan printer rumahan biasa, tidak harus dengan mesin digital plotter yang berharga ratusan juta rupiah, dan hanya menggunakan tinta art-paper saja, so tidak perlu menggunakan tinta eco-solvent yang malah bisa cepat merusak print head Anda.
- Bisa dikerjakan dengan mesin heat press ataupun setrika pada suhu yang relatif rendah. Suhu yang direkomendasikan jika menggunakan mesin heat press adalah 180 derajat celcius, selama kurang lebih 10 detik. Jika menggunakan setrika, setel knob pengatur suhu ke setelan kain katun (cotton), tunggu sampai mesin setrika mencapai puncak panas yang ditandai dengan bunyi klik dan lampu indikator mati, pres di atas Printable Polyflex yang di atasnya sudah diberi kertas atau plastik tahan api (teflon). Tekan secara kuat (yup harus kuat tekanannya) dan merata saat menyetrika gambar dan gerakkan setrika secara perlahan selama beberapa menit (ada banyak sisi yang harus disetrika dan masing-masing sisi sekitar 10 detik), semua sudut dan sisi gambar dipastikan disetrika rata, jika tidak hasilnya akan kurang maksimal. Setelah proses sertrika, langsung kelupas kertas dari permukaan kaos secara perlahan.
Berikut ini adalah gambar dari beberapa jenis dan merek
polyflex yang umum kita temukan di pasaran cetak digitaldiIndonesia
Ada dua jenis utama produk polyflex di pasaran, yaitu
printable dan non-printable. Yang non-printable tidak bisa diprint karena sudah
memiliki warna sendiri yang beraneka ragam, sedangkan yang printable bisa
diprint dengan menggunakan digital printer (wide format flat-bed printer or
plotter) dengan tinta eco-solvent, seperti yang disarankan oleh pabrikannya.
Saya yang sejak bertahun-tahun yang lalu tergila-gila dengan desain grafis
digital, dan banyak menghabiskan waktu untuk mencipkan zat coating yang bisa
diaplikasikan di berbagai macam media, merasa kesal sekali, karena terus
menerus gagal memproduksi material coating yang pas untuk bahan polyflex. Saya
sudah menyerah dengan usaha yang terus menerus gagal tersebut, dan bertekad
menyimpan uang untuk membeli mesin impian tersebut. Tapi apa daya, setelah
sekian waktu Tuhan nampaknya belum mengijabah keinginan saya tersebut. Akhirnya
eksperimen lama terus saya lanjutkan tanpa kenal lelah, hingga pada suatu titik
waktu, Allah memberikan pencerahan, saya mendapatkan sebuah trik yang benar-benar
berhasil. It works 100 percent. Eureka!!! Alhamdulillah, Allahu Akbar. Terbayar
sudah jerih payah tersebut.
Sejak saat itu saya secara kontinu membuat kaos bergambar
dengan bahan printable polyflex sampai saat ini. Dan sampai saat ini pula,
printer yang saya gunakan kondisinya fine fine saja, tentu saja dengan
perawatan yang telaten. Akan tetapi lewat eksperimen yang kami lakukan
bertahun-tahun dengan menghabiskan biaya yang tidak sedikit, kami akhirnya
mampu menciptakan trik sederhana untuk mengakali bahan printable polyflex agar
bisa diprint dengan printer Epson biasa dengan menggunakan tinta art-paper.
Sungguh awalnya saya bertekad untuk menyimpan trik ini untuk saya sendiri, tapi
saya merasa tidak nyaman lantaran kenapa saya menyimpan sesuatu yang sebenarnya
sangat bermanfaat untuk orang lain, terutama yang sangat membutuhkannya.
Sekarang saya dengan bangga memberitahukannya kepada Anda, 100% free, dengan
harapan Anda juga bisa melakukannya tanpa harus membeli mesin digital printer
format lebar yang berharga lebih dari Rp 100 juta.
Ada memang cara lain, yaitu dengan melemparkan ke pihak
lain, print shop, yang memiliki digital
printer dengan tinta eco-solvent tersebut. Tapi ada banyak kelemahan kalau Anda
memutuskan dengan cara ini, yaitu desain yang Anda buat dengan susah payah bisa
diambil pihak lain, dan alasan lainnya seperti Anda menggantungkan kualitas
cetak pada pihak lain. Belum lagi kalau misalnya Anda ingin hasil cetak itu
Anda olah lagi di mesin cutting, belum tentu mereka mau menginstal software
bawaan dari mesin cutting Anda ketika melakukan proses pencetakan. Tanpa
software tersebut, cetakan Anda tidak akan dikenali oleh mesin cutting Anda.
Nah kebayang kan repotnya kalau tidak memiliki mesin printer sendiri.
Saya ingin sedikit trik dari saya ini benar-benar
bermanfaat untuk Anda semua, baik itu hobbyist seperti saya ini, atau untuk
siapapun yang bertujuan komersial, tidak masalah kok. Tujuan saya hanya beramal
ilmu ke masyarakat luas. Saya sebagai penemu pertama (the first inventor), yang
menemukan cara ini dengan susah payah, berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan
bertahun-tahun (beneran Bro!), dan menghabiskan biaya yang tidak sedikit
(sampai sekarang masih bertumpukan bahan kimia yang gagal saya produksi untuk
memanipulasi cetak di atas bahan printable polyflex ini) ikhlas kok berbagi.
Sungguh ini adalah trik yang benar-benar mahal dan menghasilkan produk yang
nyaris sama dengan yang diproduksi menggunakan printer lebar berbahan tinta
eco-solvent.
Bagimana dengan paparan saya yang sangat panjang lebar di
atas? Saya paham tidak semua Anda tertarik, tidak mengapa karena memang trik
ini hanya cocok bagi Anda yang ulet, tangguh dan telaten. Tapi ingat segala
resiko bergantung kepada Anda semua. Resiko bisa diminalisir kalau Anda rajin
merawat printer Anda dan tahu banyak dengan trouble shooting printer jika ada
masalah.
Di atas sudah saya paparkan bagaimana saya mencoba beragam cara untuk memanipulasi agar printable polyflex bisa diprint dengan menggunakan printer Epson rumahan biasa, khususnya yang print-headnya cocok dengan tinta Durabrite. Mohon jangan gunakan trik ini jika printer Epson Anda print-head bawaannya untuk tinta dye, karena print head tersebut sangat rentan rusak jika menggunakan tinta art-paper ini, kecuali kalau Anda mau bersusah payah mengganti kartridgenya. Tinta Durabrite adalah tinta pigmen, dan tinta art-paper termasuk dalam kelompok tinta pigmen dengan tambahan additif khusus, sehingga tinta ini mampu menempel dengan baik di atas kertas yang permukaannya licin. Tapi tetap saja tidak semua media licin bisa digunakan dengan tinta art-paper ini.
Plastik mika, stiker vinyl, printable polyflex termasuk
media yang tidak bisa dicetak dengan tinta art-paper. Tadinya saya fokus
menciptakan campuran zat coating yang bisa menempel sempurna di printable
polyflex, dan ketika nanti di press ke kaos bisa bertahan lama. Hasilnya amat
sangat mengecewakan. Boleh dikatakan gagal total. Sudah banyak uang dan waktu
terbuang. Tapi itulah, kegagalan memaksa saya berpikir terus mencari solusi.
Akhirnya saya memutuskan tanpa menggunakan zat coating sama sekali.
Di sinilah saya mulai berkreasi. Ketika mencetak dengan
tinta art-paper ke media licin yang tidak berpori seperti plastik mika, stiker
vinyl, dan printable polyflex ini adalah hasil pasti yang akan anda dapatkan;
TINTA MENEMPEL LUMAYAN BAIK DI MEDIA-MEDIA TERSEBUT, TETAPI HASIL CETAKNYA
MELEBAR (MBLOBOR). Dan pastinya image yang tercetak seperti ini sama sekali
tidak bisa dimanfaatkan. Ini sebenarnya biang kerok permasalahannya: tinta
art-paper butuh waktu lebih lama untuk kering di media-media licin tidak
berpori tersebut. Jadi ketika print-head menyemburkan tinta art-paper tersebut,
belum kering sudah ditindih dengan semburan tinta berikutnya, dan akibatnya tentu
saja hasil cetaknyanya akan melebar, alias mblobor. Itu saja masalahnya. Dan
masalah lain, tinta art-paper tidak menempel sempurna, masih ada kemungkinan
bisa terkelupas. Akhirnya saya sampai pada ide ini; bagaimana caranya agar
tinta art-paper bisa kering seketika ketika disemburkan sehingga cetakannya
nanti tidak melebar.
Akhirnya ketemu ide ini, LAMPU PEMANAS. Nah di sini saya
mencoba-coba dengan menggunakan lampu yang menghasilkan panas optimal yang cukup
untuk mengeringkan tinta art-paper tatkala disemburkan dari prin-head. Semua
lampu yang menghasilkan panas sudah saya coba, dan hasilnya alhamdulillah memuaskan.
Tapi dari sekian jenis lampu itu, saya suka dengan lampu infra-red yang biasa
digunakan untuk terapi panas, yang sudah dilengkapi dengan tombol putar untuk
mengatur tingkat cerah/terang/panasnya, bergantung pada jenis dan merek tinta
art-paper yang gunakan. Kalau di kota Anda tidak ada, Anda bisa bikin sendiri
kok. Untuk pengatur panasnya gunakan saja pengatur tingkat kecerahan/terang
lampu yang banyak dijual di toko elektronik di kota Anda.
Maaf saya tidak menyertakan merek, karena intinya lampunya
cukup panas gitu aja. Dan maaf juga jika saya tidak menyertakan gambar pemandunya.
Anda cukup membayangkan pasti bisa kok. Yang penting, lampunya cukup panas,
gunakan juga cap agar terang dan panas lampu bisa fokus, dan ada pengatur
tingkat terang/cerah lampu. Itu saja. Arahkan lampu dari samping, bisa dari
kiri atau kanan, awas jangan mengenai langsung ke nozzle print-head. Sesudah
digunakan, ganti segera dengan kartridge yang sudah diisi dengan cairan
pembersih dan lakukan proses cleaning agar nozzle print-head tetap dalam
kondisi baik. Ingat jangan terlalu lama Anda menggunakan tinta art-paper,
karena tinta jenis ini sangat tidak direkomendasikan oleh pabrikannya. Saya melakukan
praktek ini dengan menggunakan printer Epson lama saya yang masih belum ada
infusnya seperti yang sekarang banyak terdapat di pasaran. Nah jika printer
Anda menggunakan infus pabrikan, trik ini perlu penyesuaian. Nah itu adalah PR
Anda, hahaha.... Mudah-mudahan sekelumit trik ini bisa memberi manfaat buat
Anda semua.
Terimakasih Informasinya Sangat Bermanfaat Obat Tradisional Jelly Gamat
BalasHapusObat Radang Pita Suara